Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Pertama Kali Mendaki Gunung Merbabu

Gambar
Sebelumnya saya bakalan bilang kalau tulisan ini lumayan panjang. Pendakian ternekat! Pendakian pertama    Yup, Gunung Merbabu adalah gunung pertama yang saya daki. Kenapa saya bilang pendakian ternekat?  Pertama, saya mendaki cuma bertiga.  Kedua, saya mendaki cuma bertiga dan cewek semua.  Ketiga, enggak tahu medan dan enggak ada persiapan.  Keempat, enggak punya duit :(   #skip Pendakian ini nekat gara-gara saya merencanakan pendakian tapi enggak pernah terealisasi, awalnya pengin ke Semeru tapi kata teman saya kalau masih pemula kudu belajar naik gunung yang pendek-pendek dulu, lah emang ada ya gunung yang pendek? Akhirnya, tercetuslah ke gunung Merbabu. Dari sekian orang yang pengin ikut sampai di hari H terpilihlah 3 perempuan jilbaber yang masih bertahan. Eh awalnya cuma saya sama Kak Lina, tapi Ka Firda saya rayu-rayu terus saya kasih coki-coki biar dia mau ikut. Alhamdulillah, H-berapa hari gitu lupa dah, saya sudah dapat pinjaman tas carrier ,

Aku Tidak Ingin Menjadi Pahlawan

Gambar
Berhubung sekarang saya balik lagi kerja di majalah, terus saya mau berbagi sesuatu dari apa yang sudah saya baca sebagai referensi. Jadi kemarin saya cari referensi tentang hari pahlawan dan keluar beberapa artikel, ada salah satu artikel yang bikin saya tergugah dan bakal saya ceritain disini. Langsung aja yaa... Jadi ada seorang murid perempuan, anggaplah namanya Putri. Nah Putri selalu mendapat peringkat 23 dari 50 siswa di sekolahnya. Makanya Putri selalu dijuluki dengan panggilan nomor tersebut, tapi Putri santai aja anaknya, dia gak marah sedikitpun. Lalu saat lagi kumpul keluarga besar, orangtua mereka membuka topik pembicaraan, masing-masing anak ditanya tentang apa cita-citanya. Tentu saja anak-anak menjawab ada yang mau jadi Polisi, Dokter, Pilot, dll Sementara disaat sesi tanya jawab itu Putri lagi asik ajak main sepupu kecilnya. Akhirnya mereka menyadari kalau hanya Putri yang belum ditanya, karena didesak akhirnya Putri menjawab: “Ketika aku besar